Posts

Showing posts from January, 2017

Teori Perkembangan Perilaku Sosial

Menurut Bandura (Crain, 2007:301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan: 1.         Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri. 2.         Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada di seluruh dunia. Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai–nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.             Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan

Kemampuan Dasar Anak Usia Dini

          Menurut Piaget anak usia dini mengalami perkembangan kognitif dalam empat tahap yaitu : (1) tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (11-16 tahun). Semua anak akan melalui keempat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya (Wahyudin dan Agustin, 2010:2).           Anak dipahami secara utuh sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungannya. Anak tumbuh kembang melalui partisipasi aktif dalam lingkungan sosio-kultural. Tumbuh kembang secara kualitatif sungguh terjadi secara historis atau melintasi waktu, bertahap berkelanjutan dalam interaksi yang terus-menerus dengan situasi sosial yang juga terus berubah (Nusa Putra dan Dwilestari, 2012:103).           Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya: 1)    An

Rasa Takut Anak

Rasa takut merupakan suatu tanggapan emosi terhadap ancaman, bahkan beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa rasa takut merupakan emosi dasar yang sejajar dengan kesedihan, kemarahan dan juga kebahagian. Sehingga memiliki rasa takut dinilai wajar asalkan tidak berlebihan karena pada dasarnya rasa takut dapat diatasi dengan menjalin hubungan dan dukungan dari orang terdekat. Pada anak anak rasa takut dapat terjadi dapat muncul dari perkembangan interaksi dan lingkungan. Ketakutan yang dialami oleh anak anda akan memiliki rasa tidak nyaman, khawatir dan kepanikan. Pada umunya ketakutan yang dialami oleh anak lebih berbentuk ketakutan pada perpisahan atau orang baru dikenalnya. Bagi anda sebagai orang tua sebaiknya membekali anak anda dalam cara mengatasi ketakutan yang dialaminya. Jenis ketakutan yang sering kali terjadi pada anak adalah takut perpisahan, takut orang baru, takut kegelapan, takut mandi dll. Adapun bagi anda sebagai orang tua perlu anda ketahui bahwa ketakutan pada anak di

Media Gambar

Ada beberapa konsep mengenai definisi media pengajaran. Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2006:161) secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kodisi yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Sudjana (2007,2) manfaat media pengajaran dalam proses belajar antara lain : a.     Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat      menumbuhnya motivasi belajar. b.     Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih   dipahami oleh para anak didik, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran. c.     Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga anak didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d.     Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.       Sedangka

Membaca

    Retorika adalah kiat yang didasarkan atas nengetahuan  yang tersusun baik dan kemahiran yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan. Berbahasa merupakan kegiatan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Membaca merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi, 2007:4).     Agar dapat membaca secara efektif dan efisien, seorang pembaca harus dapat menggunakan dasar pengetahuan yang telah tersusun dengan baik dan dasar kemahiran yang telah dimiliki dengan benar dan tepat. Pembaca dapat menggunakan keduanya dengan tepat dan benar jika pembaca mempunyai kiat dalam membaca. Kiat yang dimaksud adalah bagaimana pembaca memilih dan menggunakan model membaca, metode membaca, dan teknik membaca sesuai kebutuhan. Model-model membaca tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan kerja keras dari para ahli yang mengkajinya dalam waktu yang relatif lama. Dalam menghasilkan suatu mod

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

          Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena tiu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi menjadi dua periode, yaitu, periode Prelinguistik dan periode Linguistik. Periode Linguistik inilah anak mulai mengucapkan kata-kata pertama. Menurut Sumantri (2008:2.30-2.31) periode linguistic terbagi dalam tiga fase besar, yaitu: a. Fase satu kata atau Holofrase     Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk  menyatakan pikiran   yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja. b. Fase lebih dari satu kata     Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri

Minat

          Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu melihat sesuatu akan menguntungkan mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasaan. Bila kepuasaan berkurang, minat pun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan dalam kehidupan anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi orang dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat tersebut (Hurlock. 1978:114).           Aiken (Ginting, 2005) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai

Seni Tari Tradisional

a. Pengertian Seni Tari Tradisional Seni Tari Tradisional dapat diartikan sebagai : salah satu budaya yang sangat lama dan tidak peka oleh zaman yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak zaman dahulu sampai sekarang merupakan satu wujud ekspresi manusia terhadap lingkungan dan kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang ada dalam tradisi masyarakat dapat di tuangkan dalam keindahan tarian. (Soeryodiningrat, 1986 : 2). Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan (Haukins, 1990 : 2). b. Tujuan dan Fungsi Adapun tujuan dan fungsi dari seni tari adalah mengembangkan kelenturan tubuh anak dalam menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan terjadinya koordinasi tangan dan kaki sebagai persiapan untuk menari (Campbell dan Dickinson, 2002 : 77-96). Sejalan dengan itu di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bidang pengembangan kemampuan

Pola Asuh Orang Tua

a. Pola Asuh Otoriter (parent oriented) Ciri-cri dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Anak seolah adalah "robot" yang dikendalikan orang tua, sehingga menjadi kurang inisiatif, merasa takut tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan, tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya dengan menggunakan narkoba. Selain itu, anak yang diasuh dengan pola asuh ini cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan, walaupun terkadang hanya untuk menyenangkan orang tua atau suatu bentuk kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Di belakang orang tua, bisa jadi anak akan menunjukkan perilaku yang berbeda. b. Pola Asuh Permisif (children centered) Sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung be

seni tari

 A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, daya pikir, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Pada lembaga ini anak yang masuk PAUD/TK diperkenalkan pada berbagai aktivitas sehingga mereka memiliki kompetensi belajar yang telah ditetapkan, salah satu kompetensi yang diharapk

DAMPAK POLA ASUH TERHADAP ANAK

Setiap pola asuh yang diterapkan dalam keluarga oleh orangtua mempunyai dampak masing- masing pada psikologi perkembangan anak, baik pola asuh yang positif maupun yang negative. Oleh karena itu alangkah baiknya jika orangtua mengetahui pola asuh yang baik buat anaknya. diantara banyaknya pola asuh menurut beberapa ahli, kami kan membahas dampak pola asuh menurut Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan  orang tua dalam keluarga. 1.         Autokratis (otoriter) Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Seperti anak harus mematuhi peraturan-peraturan orangtua dan tidak boleh membantah, orangtua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian menghukumnya, atau jika terdapat perbedaan pendapat antara orangtua dan anak maka anak dianggap pembangkang. seperti dilansir Onlymyhealth. Dampak pengasuhan otoriter pada anak adalah sebagai berikut: ·            Harga diri Ke